Blog

Malang - Menyusuri, Mengikuti Kata Hati

enulis resensi buku Malang, menelusuri dengan hati, saya menemukan wilayah yang samar-samar dalam ingatan. Kunjungan Sabtu malam Minggu (22 November 2008) kemarin, saya upayakan mewujudkan keingintahuan. Niat ingsun ke Malang memang menengok adik landes ayah saya yang baru saja operasi mata kanan, karena glaukom. Terkabar masih merasakan nyeri, dan karena kompetensi saya di wilayah nyeri, maka kunjungan dirancang.

Splendid

Ternyata Splendid itu daerah yang sering saya lalui kalau ke Malang, karena saya menginap di daerahsetelah Rampal. Saya selalu menyusuri Kayutangan dari arah Surabaya, jumpa perempatan, yang ada toko Lido, ke kiri, melewati jembatan, nah, itu rupanya Splendid. He he, kalau itu, setiap ke Malang saya lewat.

Ketika di jembatan saya menengok kekanan, ada ceruk yang dilalui Kali Brantas, terbaca tulisan TK dan SD Brawijaya. SayaTK bersekolahdi situ.Saya meminta “sopir” pribadi , yang dokter, dosenfakultas kedokteran Unibraw, segera belok kanan setelah jembatan. Ketemulah pasar bunga. Wah, saya tidak ingat kalau ini. Saya hanya samar ingat sekolah saya di ceruk, kalau turun saya digendong ayah saya. Di sudut jalan ada Kodim (kalau tak salah), dulu ayah saya menyalurkan hobby jadi komandan di situ, kayaknya dulu sih KMK (?). Dongengnya lho.

Stasiun Malang -Lapangan Rampal

Menikung, langsung jumpa Tugu, dengan hotel Tugu, dan Balai Kota. Dulu ibu saya kuliah di salah satu gedung di situ. Memutar ke arah setasiun, lho, hampir tak saya kenali, tulisan besarnya kok Universitas, eh, rupanya jadi tempat pasang iklan. Saya foto sambil lewat. Kemudian ke kiri, jumpa lapangan Rampal, saat kunjungan lalu saya jumpai pagar baru, kini aneka fasilitas olah raga dibangun di dalamnya.

Minggu esoknya, saat saya lewat lagi, saya lihat ramai sekali, rupanya kalau Minggu dijadikan pasar “tiban” dengan tenda-tenda. Sepupu yang jadi sopir saya, tak nyaman lagi mendorong cucu di Minggu pagi. Rame memang, plus aneka makanan di pinggir jalan.

Graha Cakra

Minggu pagi , setelah melewati Rampal yang penuh sesak, menuju jalan Bogor, saya minta lewat Hotel Cakra, difoto lama ada foto ayah ibu dansa di situ, dulu Societet rupanya. Bung Karno melarang dansa- dansi, yang boleh tari lenso dan sejenisnya, saya anak TK yang menari serampang duabelas, belajarnya di situ. Kalau ada tamu londo (bule), yang bernostalgia, saya diminta menari. Gedung ini sempat jadi RRI (Radio Republik Indonesia), ibu saya mengisi acara, cerita tentang Irian (Papua kini). He...he..., sebelum siaran, saya sudah “mendengarkan”, ibu latihan berkali-kali, saya pendengarnya.Setelah jadi Graha Cakra, kami pernah menginap, eh, lantainya yang kotak-kotak hitam–putih tetap dipertahankan.

Toko Oen

Siangnya, setelah mengunjungi eyang di jalan Bogor saya minta ke Toko Oen, ada yang belum saya pesan saat berkunjung beberapa bulan sebelumnya, Huzaren zla. Kami lewat Talun, agar Oen ada di sisi kiri jalan. Keluar Talun, langsung belok kiri, nah masuk toko Oen. Salad, segera dipesan, sambil menunggu, kami pesan lumpia, rasa jadul betulan, hmmm. Tidak lupa ice crean Tuti Fruti. Life music ternyata tiap hari, siang dan malam, lagu-lagu lama, asyiik. (Ssst, asyik lagi,ditraktir bu Imam, istri sepupu saya yang Obgyn)

Toko kue E&H, dan tempatku dikeritingin

Saya dapat berita, toko kue Enak dan Harum masih ada, tetap disingkat E&H. Dari Oen menyusur Kayutangan, menuju toko E&H. Saya minta singgah, wah tutup, namun saya intip, rotinya sama seperti yang saya dapat dari pak Iskak atau Mr Tan.

Ada salon, satu gedung. Ternyata ingatan saya benar juga, saya ingat, saat kecil, dikeritingkan di salon , dekat E&H. He..he..., apa ya yang dipikirkan ibu saya, kok saya dikeritingkan. Dulu kan alat pengeritingnya dipanasi dulu, baru ditempelkan ke rambut. Kejadianlah tengkuk saya ke-nyos... Wah, semalaman saya dipeluk ibu. Yang nangis ibu, saya sih happy saja, dihadiahi coklat.

Kunjungan ke Malang sukses, pulang membawa 300 butir bakso, dan 20 mangga kebun sepupu . Plus foto bunga anggrek. Berhasil membuat tante saya keluar rumah, setelah 3 bulan “males” keluar.

oleh: Nury Nusdwinuringtyas

0 komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

:Wikimu - bisa-bisanya kita.../ Gelang merah untuk anak Indonesia

Bening CS© 2011 Design by Insight