Blog

Virus baru yang berbahaya

0 komentar

Sebuah virus baru sudah ditemukan, dan digolongkan oleh Microsoft sebagai yang paling merusak! Virus itu baru ditemukan pada hari Minggu siang yang lalu oleh
McAfee, dan belum ditemukan vaksin untuk mengalahkannya. Virus ini merusak Zero dari Sektor hard disc, yang menyimpan fungsi informasi-informasi terpenting. Virus ini berjalan sebagai berikut :


- secara otomatis virus ini akan terkirim ke semua nama dalam daftar alamat anda dengan judul "Sebuah Kartu Untuk Anda" (Une Carte Pour Vous, atau A
Card For You);
- begitu kartu virtual itu terbuka, virus itu akan membekukan komputer sehingga penggunanya harus memulainya kembali; kalau anda menekan CTRL+ALT+SUPPR
atau perintah untuk restart, virus itu akan merusak Zero dari Sektor Boot hard disc, sehingga hard disc akan rusak secara permanen.
Menurut CNN, virus itu dalam beberapa jam sudah menimbulkan kepanikan di New York. Peringatan ini telah diterima oleh pegawai Microsoft sendiri. Jangan
membuka e-mail dengan judul "Sebuah kartu virtual untuk Anda" (Une Carte Virtuelle Pour Vous atau A Virtual Card For You).
- Kirimkan pesan ini kepada semua teman anda. Saya rasa bahwa sebagian besar orang, seperti saya sendiri, lebih suka mendapat peringatan ini 25 kali daripada
tidak sama sekali.

AWAS!!!
Jangan terima kontak "pti_bout_de_chou hotmail.com".
Ini virus yang akan memformat komputer anda.
Kirimkan pesan ini ke semua orang yang ada di dalam daftar alamat anda.

Kalau anda tidak melakukannya dan salah seorang teman anda memasukkannya dalam daftar alamatnya, komputer anda juga akan terkena.

info: http://ruangan-bobby.blogspot.com

Read more

Hati-hati Terhadap Virus 'Harry Potter'

0 komentar
Penasaran dengan akhir cerita penyihir remaja Inggris Harry Potter? Awas, jangan klik sembarangan link. Sebuah virus kedapatan tengah mencoba menjebak maniak Harry Potter untuk menginfeksi komputer.

Adalah W32/Hairy-A, worm yang menyamar sebagai salinan novel tersohor Harry Potter and the Deathly Hallows, yang sedianya akan dirilis pada 21 Juli mendatang.

Sekali menginfeksi komputer, virus ini akan menduplikasi diri menjadi sebuah file attachment di USB memory drives. Dengan cara ini, virus dengan mudah menginfeksi komputer lain.

Mereka yang komputernya telah terinfeksi virus ini bisa ditandai dengan ditemukannya file bertajuk "HarryPotter-TheDeathlyHallows.doc". File tersebut berisi pesan: "Harry Potter is dead".

Tak sampai disitu saja, virus tersebut juga akan membuat beberapa user Windows baru di komputer korbannya dengan nama-nama karakter yang menghiasi buku karangan J.K. Rowlings itu, termasuk Harry Potter, Hermione Grainger dan Ron Weasley.

Bagi yang mencoba login dengan menggunakan user baru tersebut, akan muncul sebuah pesan dari Lord Voldemort dengan bunyi: "Read and repent, the end is near, repent from your evil ways O Ye folks lest you burn in hell . . . JK Rowling especially".

Pengguna yang sudah terinfeksi virus ini dan membuka browser Internet Explorer (IE) akan dialihkan ke situs Amazon.com yang menjual buku palsu Harry Putter and the Chamber of Cheesecakes.

"Banyak yang menanti-nanti akhir misteri petualangan Harry Potter, dan ada ancaman berbahaya yang diselundupkan yang memungkinkan USB flash drive menjadi auto-run dan terinfeksi worm ini," kata Graham Cluley, senior konsultan teknologi perusahaan keamanan iinternet Sophos.

"Worm semacam ini, yang menginfeksi dan membajak komputer tanpa izin, adalah tindakan kriminal," katanya lagi, seperti dikutip dari news.com.au, Sabtu (30/6/2007).

Sophos juga memperingatkan akan adanya tren penyebaran virus yang meningkat dimana pembuat malware menyebarkan kode jahat mereka via USB yang populer digunakan untuk mentransfer file.

Pengguna diimbau untuk rajin-rajin memeriksa root directory USB mereka terhadap kemungkinan terinfeksi virus Harry Potter sebelum menjalankan aplikasi atau menggunakan USB tersebut di komputer lain.

Sumber: Detik Portal

Read more

PILIH EARTH HOUR, PILIH BUMI SELAMAT

0 komentar

Ayo dukung EARTH HOUR di Indonesia! Kalau bukan kita siapa lagi. Andaikan kita tidak peduli dengan lingkungan kita bagaimana jadinya bumi kita 10 tahun ke depan.

Kita mulai dengan bersama-sama tidak beraktivitas/online selama satu jam pada hari Sabtu, 28 Maret 2009 jam 20.30-21.30 WIB


Info lebih jelas tentang Earth Hour Indonesia: http://www.earthhour.wwf.or.id/about.htm...

Diskusi Earth Hour di GRI: http://www.goodreads.com/topic/show/1225...

Read more

Diskusi majalah Arti di Surabaya

0 komentar
Start: Mar 28, '09 07:00a
Diskusi majalah Arti di Surabaya

Tema : Generasi Baru Perupa Surabaya dalam Percaturan Seni Rupa Nasional dan Internasional

Panelis : Dr, Ing Wiyu Wahono (Kolektor dan Penulis seni Rupa )
Bpk. Fredy H. Istanto (Dekan Universitas Ciputra)
Perwakilan dr Majalah Arti (Institusi Pers)

Moderator : Agus Koecink

Sabtu, 28 Maret 2009
Pkl. 13.00 - sd Selesai

Tempat
Orasis Art Gallery
jl. 94 HR Muhammad ST Surabaya
Phone/ Fax : 031-7340507

Info: http://eminxsgallery.multiply.com

Read more

Bagaimana Menulis Artikel di Media Massa

0 komentar

Ada banyak ragam pengertian artikel. Menurut Sharon Scull (1987) artikel didefinisikan sebagai bentuk karangan yang berisi analisis suatu fenomena alam atau sosial dengan maksud untuk menjelaskan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa fenomena alam atau sosial tersebut terjadi. Suatu artikel kadang-kadang menawarkan suatu alternatif bagi pemecahan suatu masalah.
Pada saat ini, menulis artikel di media cetak (dan elektronik) sudah menjadi kegiatan yang terhormat dikalangan intelektual. Identitas dan otoritas seorang intelektual akan terangkat jika ia dikenal sebagai seorang penulis artikel. Dengan menulis artikel dimedia cetak, seseorang akan dikukuhkan sebagai warga intelektual.
Namun demikian, bukan berati "kaum non intelektual" tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menulis artikel di media massa. Belakangan ini, sudah banyak para praktisi, profesional di bidang tertentu dan penulis lepas (freelance) yang melakukan hal sama. Ini tentu fenomena yang menggembirakan, meskipun secara kuantitas juKmlah mereka tidak begitu banyak.

KENALI MEDIA
Isi sebuah media, sekurang-kurangnya terdiri atas dua hal pokok. Pertama Fakta dan kedua Opini. Fakta disajikan dalam bentuk berita (meskipun ada banyak media massa yang beritanya ditulis dengan unsur subjecktivitas tinggi), sedangkan opini diwujudkan dalam bentuk karikatur, tajuk, surat pembaca, kolom, surat pembaca dan artikel. Biasanya, surat pembaca dan artikel memang ditulis oleh penulis luar dalam hal ini adalah pembaca dan masyarakat luas. Rubrik ini ditujukan sebagai sarana membangun komunikasi dua arah antara redaksi dengan pembacanya. Di beberapa media tertentu, pengaruh surat pembaca sangat siginifikan. Misalnya di media nasional seperti KOMPAS dan Tempo.
Seseorang yang ingin menulis artikel di media massa harus paham bahwa media yang ia tuju adalah media yang dibaca oleh banyak orang. Artinya secara teoritis pembacanya adalah orang-orang yang beragam baik dari sisi usia, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Impilikasinya, ia harus bisa membuat artikel yang bisa mudah dimengerti oleh semua kalangan pembaca, termasuk didalamnya efek sosial politis yang mungkin timbul dari tulisannya tersebut.
Meskipun pada umumnya ditujukan untuk kalangan umum, setiap media memiliki kekhususan tertentu. Dalam bahasa bisnis disebut sebagai segmen pasar. Ada penerbitan yang isi artikel ditujukan hanya untuk konsumen bisnis seperti majalah ekonomi dan swasembada. Khusus dibidang komputer seperti CHIP, Elektro indonesia, Komputek. Majalah keluarga seperti Femina dan Bunda. Majalah keisalaman seperti Sabili, Tarbawi, Elfata, Hidayatullah dsb. Media massa umum seperti Jawa Pos, KOMPAS, Suara pembaruan, Republika, Suara Karya, Surabaya Post dan sejenisnya tetap memiliki segmen yang berbeda. Semua tergantung kebijakan redaksi masing-masing.
Oleh karena itu, mengenali karakteristik media yang dituju menjadi sesuatu hal yang sangat mutlak bagi penulis artikel. Seorang penulis artikel harus memahami "selera" dan "Misi" setiap penerbitan masing-masing. Menulis artikel di Jawa Pos memerlukan pendekatan yang berbeda ketika kita menulis artikel di media lokal. Karena ke-2nya memiliki ciri khas masing-masing.
AKTUAL
Apa sebenarnya yang ingin dijual oleh media massa ? INFORMASI. Tepat sekali. Karena itu salah satu kehebatan sebuah media biasanya diukur lewat pertanyaan "seberapa aktual informasi yang disajikan?". Nah, penulis artikelpun harus mengikuti jalur ini.
Untuk bisa mengetahui aktualitas berita, penulis artikel dituntut untuk gemar membaca dan membaca. Karena itu, sebelum memutuskan untuk menjadi penulis syarat mutlak yang juga perlu dijawab adalah "seberapa besar minat kita untuk membaca?" Lupakan saja menjadi penulis artikel yang baik jika memang tidak suka membaca.
Aktualitas artikel bisa diperoleh dengan mengamati fenomena-fenomena yang saat ini sedang terjadi. Misalnya, ketika terjadi bom bali II silam insting menulis saya langsung bilang "Berarti sistem pertahanan kita lemah". Berangkat dari situ dan didukung sejumlah referensi saya akhirnya bisa menulis artikel dengan judul "Teknologi Pencegahan Terorisme" yang kemudian dimuat di media Suara Karya. Atau ketika ramai-ramainya protes warga korban SUTET PLN di jakarta kemarin saya juga sempat membuat tulisan "Berbahayakah Radiasi SUTET" yang keesokan harinya langsung dimuat di Radar Surabaya. Sebenarnya secara subtansial isi artikel yang saya tulis diatas tidak terlalu mendalam (bahkan untuk ukuran intelektual sangat dangkal), tetapi karena media mengingikan sesuatu yang aktual, fresh dan baru maka yang demikian pun bisa dimuat. Logikanya mungkin begini "Jelek-jelek dikit gak apalah yang penting aktual, ketimbang artikelnya bagus tapi basi !!!".
Nah,jika kita mau jeli, ada banyak kejadian dimasyarakat yang bisa kita analisa. Misalnya lagi tentang berita masuknya majalah Playboy, Impor beras, CPNS atau tentang bencana alam yang hingga hari ini masih terus terjadi. Sekali lagi, kuncinya hanya satu : Banyak-banyaklah membaca.
DARI MEDIA KECIL
Jika kita seorang penulis pemula, jangan memaksakan diri untuk menulis artikel di media cetak besar. Lebih baik jika memulai mengirim artikel pada media lokal sembari mulai mengenalkan diri kepada redaksi. Syukur jika bisa secara rutin bisa menulis dimedia yang bersangkutan. Pada umumnya, redaksi media cetak lokal justru memiliki banyak waktu untuk menyeleksi dan memberi komentar terhadap artikel yang masuk.
Ada baiknya juga jika kita menjadi penulis dengan spesialiasi khusus. Bukan berarti menulis sembarang tema tidak boleh, tetapi biasanya redaksi akan memberikan peluang lebih bagi artikel yang ditulis sesuai dengan kompetensinya. Saya misalnya, sejak mulai merintis menulis selalu mengkhususkan diri dibidang Iptek dan pendidikan. Pernah sekali dua kali menulis dibidang sosial, tetapi tidak pernah dimuat.
Penulis-penulis yang sudah punya namapun biasanya hanya akan menulis artikel sesuai dengan kompetensinya. Sebut saja, Yohannes Surya dan Terry Mat yang konsisten menulis tentang dunia ke-fisika-an. R Panca Dahana dengan tulisan seputar kebudayaan. Indra J Pillang biasanya menulis tentang pemilu. Taufik yang biasa menulis artikel tentang astronomi di KOMPAS. Anita Lie, Ki Supriyoko lewat tulisannya seputar pendidikan. Hermawan Kartajaya dengan kolom-kolom marketingnya. Juga ada Hernowo yang biasa menulis artikel tentang baca-tulis atau Tommy Su yang biasa membahas masalah akulturasi kebudayaan. Di Surabaya, ada Pak Alisyabana yang identik dengan tulisan-tulisan tentang problematika tata kota.
Akhirnya, yang tidak boleh kita tinggalkan adalah soal etos kerja. Menulis artikel memerlukan sebuah ketekunan dan kadang-kadang membutuhkan riset kecil-kecilan untuk mendukung validitas data yang kita tulis. Displin untuk tetap menulis, meskipun artikel yang kita kirim belum juga dimuat.

by Salwanto

Read more

7 Jangan untuk Para Penulis

0 komentar

Hanya tujuh? Tentu tidak. Tapi sebagai langkah awal untuk menjadi penulis yang berhasil, tujuh hal inilah yang wajib dihindari seorang penulis. Untuk selanjutnya, biarlah pengalaman yang mengajari Anda.

1. Menulis buku tanpa melengkapi bagian-bagian buku, seperti prakata, daftar pustaka, indeks, glosarium
Kata pengantar/prakata penting untuk membantu pembaca meraba apa yang bisa ia dapatkan dari buku Anda. Daftar pustaka, indeks dan glosarium juga sangat membantu pembaca agar bisa lebih cepat menuju apa yang ia cari. Tak jarang sebelum memutuskan untuk membeli, seorang pembaca akan memeriksa daftar pustaka, indeks maupun glosarium sebelum memutuskan apakah buku tersebut sesuai dengan yang ia inginkan. Daftar nama, istilah, peristiwa, tanggal penting dalam sebuah indeks atau daftar definisi dalam sebuah glosarium sangat disukai, terutama oleh mereka yang sedang mencari bahan referensi.
2. Mengirim naskah tanpa pengantar atau proposal.
Pengantar atau proposal bukanlah untuk berbasa-basi. Pengantar atau proposal yang Anda sertakan ketika mengirim naskah ke penerbit/media akan membantu editor mendapat gambaran apa yang Anda tawarkan. Pengantar yang baik dan menarik juga akan membawa kesan pertama yang baik untuk editor.
3. Mengutip tanpa mencantumkan sumber kutipan.
Ingat, ini adalah jaman dimana hak cipta menjadi satu tema pokok dan lumayan sensitif. Anda boleh saja tidak setuju dengan masalah hak cipta (dan masalah ini memang masih jadi bahan perdebatan). Namun terlepas dari masalah hukum tadi, penulis yang baik adalah yang menghormati sejawatnya. Jika Anda lupa darimana Anda mendapatkan kutipan tersebut, lebih baik urungkan niat Anda mencantumkan kutipan itu. Jika ternyata hanya mampu mengingat sebagian informasi (nama atau judul buku) dari sumber kutipan yang sangat penting, dengan terpaksa pakailah kalimat tak langsung atau akui saja dalam tulisan bahwa Anda memang lupa. Penulis yang baik bukanlah yang menulis dengan tujuan untuk mencari nama, popularitas, pujian maupun kekayaan belaka; memberi sumbangan pikiran dan membagi wawasan yang dimiliki kepada khalayak adalah tujuan yang jauh lebih mulia. Sebab itu tak ada salahnya terlihat 'bodoh' namun jujur daripada terlihat 'pintar' tapi ternyata hanya klaim palsu. Demikian juga tak ada ruginya 'mempromosikan' tulisan orang lain dalam tulisan Anda. Bahkan referensi/sumber kutipan yang lengkap malah membuktikan bahwa Anda menulis dengan landasan yang kuat.
4. Menulis tanpa berempati terhadap pembaca.
Jika dalam dunia dagang dikenal 'pembeli adalah raja', hal yang sama juga terjadi pada dunia penulisan. Pembaca bahkan adalah dewa, karena hidup mati seorang penulis mutlak bergantung pada pembaca. Lebih dari sebuah hubungan jual beli, dalam dunia penulisan pembaca juga bisa menghasilkan produk yang sama (yaitu tulisan) dalam bentuk resensi, komentar atau kritik terhadap sebuah tulisan. Karena itu, jangan sekali-kali mengabaikan pembaca, mereka bisa sewaktu-waktu berubah menjadi sama atau bertukar posisi dengan Anda.
5. Menulis tanpa referensi yang memadai.
Tak hanya buku non-fiksi, buku fiksi pun memerlukan referensi. Kecuali Anda seorang yang memiliki imajinasi begitu luar biasa sehingga mampu menciptakan sebuah setting, karakter, dan sebuah realitas yang benar- benar murni dan belum pernah terpikirkan sebelumnya, barulah Anda boleh menulis tanpa banyak referensi selain dari imajinasi Anda sendiri. Semakin lengkap referensi yang dimiliki, tulisan akan semakin meyakinkan dan berkualitas. Ide yang sangat bagus namun referensinya kurang (kurang lengkap atau malah kurang tepat) akan berpotensi untuk cepat disanggah dan kemudian segera dilupakan.
6. Asal menulis
Jangan asal menulis. Meski saat ada ide Anda memang harus segera menuliskannya, namun lebih baik pakailah tulisan awal itu sebagai brainstorming dahulu. Setelah itu, tentukan teknik menulis terbaik yang akan Anda pakai. Tak jarang teknik atau cara menulis/bercerita lebih utama daripada isi cerita itu sendiri. Rencanakan segala sesuatunya dengan matang. Inilah perlunya outline/kerangka karangan. Tak ketinggalan, terutama dalam menulis fiksi, karakter juga memiliki peran penting. Ada pembaca yang tertarik mengikuti sebuah cerita karena penasaran atau jatuh cinta dengan karakternya. Rencanakan, dan setelah itu jangan lupa juga untuk segera menuangkannya dalam tulisan.
7. Menolak naskahnya disunting editor
Apakah Anda menganggap editor hanyalah seorang yang suka mengacak- acak tulisan orang lain dan menggantinya sekehendak hatinya? Ya, editor (dan kritikus) kadang memang menjengkelkan, bertindak seakan dirinya tuhan. Tapi hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan menjalin hubungan yang baik serta sering berkomunikasi untuk mencapai titik temu terbaik. Namun jangan sampai Anda menganggap peran editor tidak diperlukan. Tanpa editor, tulisan Anda bisa terjebak dalam subyektifitas. Pada akhirnya, kerendahan hati adalah karakter kunci untuk berkembang.

by Salwanto

Read more

Bagaimana Menulis Biografi

0 komentar

Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain:
• Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda.
• Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut.
• Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.
• Pikirkan, apa lagi yang perlu Anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak Anda tuliskan.
Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:
1. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?
2. Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain?
3. Kata sifat apa yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk menggambarkan orang ini?
4. Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut?
5. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu?
6. Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia mengatasinya dengan mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan?
7. Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup? Bagaimana bisa dan mengapa?
8. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya cerita Anda lebih menarik.

by Salwanto

Read more

Bagian-bagian serta Beberapa Hal yang Perlu Diketahui dalam Menulis Feature

0 komentar

Berikut adalah bagian-bagian serta beberapa hal yang perlu diketahui sebelum menulis feature

1. Judul.
Judul sebuah feature memiliki peran cukup besar dalam menarik minat pembaca membaca feature tersebut. Oleh karena itu judul hendaknya memiliki beberapa sifat sebagai berikut:
1. Atraktif (menarik perhatian) namun tidak bombastis
2. Memuat inti terpenting dari tulisan
3. Komunikatif, mudah dipahami, jelas, ringkas, padat dan sederhana
4. Logis, dalam artian bersifat pasti dan dapat dipercaya.
2. Lead / Pembukaan.
Setelah judul, bagian selanjutnya yang juga berfungsi sebagai penarik minat pembaca adalah lead / pembukaan. Lead merupakan kunci, apakah tulisan kita akan dibaca atau dihiraukan pembaca. Selain itu, sebuah lead bagi penulis juga membantu dalam menulis isi feature selanjutnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat lead:
1. Lead harus ringkas dan tidak bertele-tele, selain juga singkat, tepat, enak dibaca dan menarik
2. Gaetlah pembaca sejak awal kata. Tentukan mana kata yang lebih mampu menyeret perhatian ke kata selanjutnya
3. Gunakan kata-kata aktif. Dalam artian, kata-kata itu harus dinamis, menunjukkan adanya gerakan dan tidak diam karena kalimatnya yang pasif. Kata kerja adalah contoh kalimat aktif, sama halnya dengan kata yang berawalan "me". Sedangkan kata yang berawalan "di" umumnya dipakai untuk menunjukkan kalimat pasif, karena itu sedapat mungkin harus dihindari. Kata sifat juga dapat digunakan untuk mempercantik dan memberi nafas dalam membuka sebuah feature.
4. Jangan sekali-kali membuka sebuah feature dengan kalimat seperti "Dalam rangka...", "Setelah itu...", "Pada suatu hari.." dan kalimat sejenisnya.
3. Body / Isi.
Body / isi feature dibuat sebagai langkah kelima, setelah topik, tema, lead, dan kerangka. Bagi seorang penulis pemula, kerangka / outline sangat penting sebagai semacam pedoman dalam menuliskan isi. Bahkan bisa dikatakan, saat Anda telah menyelesaikan sebuah outline, sama artinya dengan Anda menyelesaikan 50% tulisan. Semakin rinci outline yang Anda buat, makin mudah pula Anda menuangkan gagasan-gagasan dan data-data tersebut ke dalam tulisan.
Setelah outline selesai dibuat, aturlah semua gagasan dan data tadi ke dalam beberapa bab secara merata. Jika satu bab ternyata mempunyai data yang terlalu banyak sementara bab lain memiliki data yang terlalu sedikit, pangkaslah data yang berlebihan itu dan carilah data baru untuk bab yang masih kekurangan data tadi.
Beberapa syarat untuk membuat body yang baik:
1. Merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Judul, pembukaan, isi dan penutup harus merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, oleh karenanya hubungan antar alinea harus mengalir secara sistematis dan tidak dapat dipenggal-penggal.
2. Adanya penekanan. Masing-masing bagian, antara lead, bab dalam body dan penutup selayaknya mendapat perhatian sama. Semuanya memiliki intinya sendiri.
3. Adanya transisi. Transisi atau sepatah dua patah kata penghubung hendaknya selalu ada di antara lead dan isi, dan juga antara alinea satu dengan yang lainnya. Transisi berguna untuk memperlancar dan memudahkan pembaca menelusuri tulisan yang dibacanya. Kalimat-kalimat seperti: "Selain itu..", "Sementara itu..", "Lain halnya dengan..", "Sore harinya..", "Tidak jauh dari situ..", "Bung Anton berpendapat lain lagi.." adalah contoh transisi.
4. Fokus.
Fokus berguna dalam mendukung topik atau tema yang kita sampaikan agar tetap berjalan di jalur yang seharusnya. Pastikan agar fokus anda tidak melenceng, dalam artian tidak memuat informasi yang tidak berhubungan dengan tema atau sumber informasi yang tidak kompeten.
5. Penutupan.
Mengakhiri tulisan bisa mudah namun bisa juga tidak. Pada hakekatnya, penutup mempunyai peran penting dalam menentukan kesan akhir yang diperoleh pembaca. Oleh karena itu, seperti halnya lead, penutup juga harus dibuat semenarik mungkin. Ingatlah bahwa dalam penulisan feature, bagian pembuka / lead serta penutup adalah bagian yang mengembang atau berisi hal-hal yang penting.

by Salwanto

Read more

Di Mana dan Bagaimana Mulai Menulis?

0 komentar

Seorang dosen pernah mendatangi penulis sambil berkata, "Bagaimana caranya menulis untuk koran Anu?" sambil menyebutkan surat kabar nasional. "Saya ingin mengisi satu rubrik khusus."

Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi sulit untuk dijawab. Bagaimana mungkin seorang yang belum pernah menulis artikel satu pun ingin mengisi sebuah rubrik khusus, di surat kabar nasional pula? Barangkali dosen ini memiliki sejumlah ilmu yang tersimpan dalam benaknya, dan ingin menyalurkannya melalui sebuah media cetak. Angan-angan besar muncul dalam benaknya, ingin menjadi penulis terkemuka! Pekerjaan menulis sesungguhnya tidaklah sulit dan masih dibutuhkan di mana-mana, terutama di bidang kerohanian. Namun demikian, pekerjaan ini memakan waktu yang lama dan memerlukan ketekunan, serta keuletan. Latihan yang terus-menerus senantiasa diperlukan. Tidak seorang pun penulis yang terkemuka berhenti mencari cara yang baru untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Ia tidak akan pernah puas melihat hasil karyanya karena sudah diterbitkan. Ia tetap merasa bahwa ia harus menciptakan yang lebih baik daripada yang sudah dibuatnya.
Di manakah kita dapat memulai karier penulisan? Bagaimana caranya? Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh setiap penulis pemula.
1. Mempelajari misi majalah
Sejak permulaan terbit, sebuah majalah sudah direncanakan, baik isi maupun formatnya. Tidak ada majalah yang diterbitkan tanpa tujuan yang jelas. Seseorang yang hendak menerbitkan majalah harus memikirkan biaya untuk mencetak dan mengedarkannya. Ia harus memilih pengurus dan pelaksana yang akan merundingkan kelanjutan dan kelancaran majalah tersebut. Majalah yang diterbitkan lembaga keagamaan sudah tentu membawakan suara dan aspirasi agama itu. Mereka memerlukan tulisan yang sesuai dengan asas pendiriannya. Majalah yang demikian memiliki corak yang jelas sehingga tujuan misi itu sendiri telah membatasi ruang lingkupnya.
Untuk mengetahui misi dan jenis artikel yang diharapkan, majalah tersebut perlu dipelajari dari nomor ke nomor berikutnya. Tidak cukup hanya memandang kulit depan atau membaca selintas judul artikel yang terdapat di dalamnya. Kita harus membaca beberapa terbitan majalah itu dulu, baru kita mendapat gambaran yang jelas ke mana arah yang ditempuhnya. Dengan mendalami tajuk rencananya, misi itu akan lebih jelas ditangkap.
Seandainya majalah tersebut memuat pelbagai ragam topik sehingga kelihatan memberikan gambaran yang bersifat umum, seandainya toh Anda masih ragu-ragu, kirimkanlah surat kepada redaksi majalah itu untuk menanyakan jenis atau bentuk artikel yang bagaimana yang diinginkan mereka.
Apabila Anda telah mengetahui "selera" redaksi majalah tersebut, cobalah menulis topik yang diinginkan mereka. Ini bukan berarti Anda harus membeo kepada kemauan redaksinya, melainkan mencoba mengetahui bidang apa yang dapat Anda lakukan dan sumbangan pikiran apa yang mungkin dapat Anda berikan untuk meningkatkan mutu majalah itu. Kalau Anda merasa belum mampu menulis apa yang diinginkan oleh majalah tersebut, belajarlah lebih banyak dengan mencari bahan dari perpustakaan, mengadakan wawancara, membaca surat kabar, dan sebagainya. Tuliskanlah apa yang patut ditulis dengan teknik penulisan yang cocok untuk itu. Jangan menunggu sampai Anda merasa sudah "siap" menjadi penulis yang sudah "jadi".
Jangan malu karena tulisan Anda ditolak. Setiap editor senantiasa mengharapkan ide-ide dan cara-cara penyajian yang baru, serta penulis baru dengan penyajian yang segar. Tanpa pemikiran yang demikian, majalah mereka akan mati dan hilang dari peredaran. Jadi, gunakanlah setiap kesempatan yang ada.
2. Menyiapkan tulisan dengan ide yang berbeda-beda
Ada penulis yang mengirimkan karangannya ke majalah. Lalu ia menanti dan menanti kapan tulisan itu terbit. Ia merasa bahwa idenya begitu bagus, mustahil ditolak. Beberapa waktu kemudian, tukang pos menyampaikan kiriman yang agak tebal. Secara naluri, ia menebak bahwa tulisannya dikembalikan. Benar, tulisannya ditolak! Ia merasa amat kecewa karena usahanya menjadi sia-sia. Tulisannya ditolak 100%! Ia tidak memiliki cadangan dan pilihan yang lain. Hatinya amat kecewa. Untuk mencegah peristiwa seperti ini, Anda perlu memikirkan banyak ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Anda mengirimkannya ke pelbagai majalah, jangan hanya ke sebuah majalah saja, sehingga harapan Anda tidak hanya kepada satu kesempatan dan tempat saja. Ingat, setiap majalah memiliki misi dan aturan penulisan sendiri. Buatlah kesempatan yang banyak bagi Anda sendiri. Kalau Anda mempunyai banyak ide dan menawarkannya kepada banyak redaksi, pastilah terbuka kemungkinan untuk mengobati rasa kecewa. Artikel Anda mungkin tidak cocok untuk mereka. Perbaiki kembali artikel itu dan kemudian kirimkan ke majalah lain, majalah yang cocok dengan isi dan cara penyajiannya. Dan jangan sekali-kali berprasangka bahwa redaksinya menolak tulisan Anda karena tidak mengenal Anda atau karena Anda penulis baru yang belum terkenal.
Kirimkanlah tulisan Anda kepada salah seorang dari antara anggota redaksi agar Anda dapat menghubunginya pada kesempatan lain atau menanyakan perkembangannya. Yang terpenting, Anda dapat membina hubungan yang baik dengan mereka sekalipun Anda toh tahu bahwa tulisan Anda seharusnya dimuat karena bobot tulisan itu sendiri. Suatu hal yang perlu dihindari ialah mengirimkan tulisan yang serupa kepada dua orang anggota redaksi majalah yang berbeda. Kalau kedua artikel itu dimuat pada waktu yang hampir bersamaan, mereka akan menuduh Anda "mata duitan" dan akan meragukan tulisan Anda yang berikutnya. Jika tulisan itu dimuat dalam jarak waktu yang lama, yang memuat kemudian akan merasa menghidangkan tulisan kelas dua setelah belakangan mengetahui bahwa tulisan itu pernah dimuat di majalah lain. Kemudian persoalannya menjadi lebih ruwet dan berbelit-belit karena hal itu menyangkut hak cipta dan penerbitannya. Biasanya yang disalahkan ialah penerbit majalah yang belakangan memuat artikel Anda itu. Padahal tidak satu pun, dari majalah itu yang bersalah, kecuali Anda! Anda mungkin merasa bimbang, tidak sabar, atau ingin cepat-cepat terkenal dan mendapat imbalan yang lebih besar.
Kalau ada tulisan bagus yang Anda rasa pasti dimuat, pertama-tama kirimkanlah kepada majalah yang menurut Anda paling tepat, atau paling Anda senangi. Jangan terlalu banyak berharap kepada kawan- kawan yang lebih senior atau kepada agen tulisan yang membantu pelbagai penerbitan (jika ada). Selaku pemula, bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga.
Memang benar, lebih banyak ide, lebih beragam tulisan, dan lebih banyak kesempatan diterbitkan. Jadi, usahakanlah adanya variasi!
3. Tempat menulis
Sang dosen yang kita sebutkan di atas sebaiknya memfokuskan dirinya ke majalah lokal sebelum berambisi menulis di surat kabar atau majalah yang jangkauannya nasional. Mengapa? Ada beberapa keuntungan apabila kita menulis di majalah lokal atau regional.
• Saingan tidak sebanyak di majalah nasional. Biasanya seleksi yang ketat diadakan di majalah nasional karena penulis-penulis profesional dan kawakan sudah berkumpul di sana. Peluang masuk bagi pemula sangat tipis.
• Editor majalah lokal lebih banyak waktu untuk memperhatikan tulisan, dan jika Anda beruntung, catatan atau evaluasi yang dibuatnya dapat menjadi pembanding bagi Anda. Ia akan menunjukkan kelemahan dalam tulisan Anda dan Anda mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.
• Anda akan merasa gembira melihat hasil karya Anda dimuat dan dibaca orang.
• Anda memperoleh kesempatan untuk melatih diri sebelum terjun ke forum yang lebih besar dan luas.
• Honorarium yang Anda terima sekalipun jumlahnya tidak begitu besar akan menjadi pendorong yang tidak ternilai harganya dan merangsang gairah Anda untuk terus menulis dan bukannya menerima kembali naskah Anda secara beruntun dari majalah atau surat kabar yang mempunyai peredaran luas dan nasional tersebut.
• Anda dapat bergaul dengan kelompok penulis setempat dan memperoleh kesempatan yang besar untuk mengembangkan pengetahuan Anda. Jauh lebih baik berguru kepada orang yang pernah menulis daripada mengikuti kursus mengarang dari orang yang tidak pernah mengarang sama sekali! Pengalaman tetap merupakan guru yang terbaik di bidang tulis-menulis. Yang berhak mengajar orang menulis sebenarnya haruslah orang yang sudah biasa menulis. Ketrampilan seperti ini tidak dapat dipelajari dari buku teori belaka.
Penulis-penulis besar dan berpengaruh, pada mulanya menulis di majalah-majalah atau surat kabar lokal. Kesempatan seperti ini digunakan mereka untuk melatih diri sambil belajar dari penulis sebelum zaman mereka. Topik yang sederhana, tulisan yang sederhana telah mendorong mereka menulis topik yang besar dan tulisan yang lebih berbobot. Honorarium yang tidak seberapa mendapat tempat tersendiri di dalam hati mereka. Jumlah itu jauh lebih berarti bagi mereka ketimbang honorarium yang berlipat ganda yang kemudian secara berkala diterima mereka.
Kesempatan bergaul dengan editor lokal jauh lebih banyak dan bermanfaat. Anda dapat mengetahui secara tepat tulisan yang bagaimana yang dibutuhkan mereka pada waktu-waktu tertentu. Jika mereka sudah yakin kepada Anda, mereka pun tidak akan segan-segan meminta tulisan Anda. Dan Anda akan merasakan hal itu sebagai suatu penghormatan, suatu perasaan yang tidak akan ditemukan dari majalah atau surat kabar yang berskala nasional!
Suasana akrab seperti itu diperlukan dalam pengembangan bakat dan pengukuhan stamina.
Tak seorang pun di dunia ini yang menjadi besar sejak lahir. Mereka menempuh masa kanak-kanak, masa belajar, masa gagal, dan masa kecewa, dan karena mereka dapat melintasi suasana dan rintangan seperti itu, mereka pun menjadi "orang besar" yang tangguh!

by Salwanto

Read more

Antara Fiksi dan Non-fiksi

0 komentar

Sastrawan menulis buku non-fiksi? Bukan hal aneh. Ilmuwan atau wartawan menulis cerpen atau novel? Juga banyak. Umberto Eco menulis novel "In the Name of Rose" sebaik ia menulis teori-teorinya tentang semiologi, Jean Paul Sartre dikenal sebagai tokoh filsafat namun ia dinobatkan sebagai pemenang Nobel Sastra atas karya novelnya, Sihar Ramses Simatupang adalah wartawan Sinar Harapan yang tahun lalu meluncurkan sebuah novel berjudul Lorca, dan banyak lagi contoh lainnya. Walaupun menekuni satu bidang memang baik karena keterbiasaan akan membuat kualitas tulisan kita lebih bagus, namun tak ada salahnya jika sesekali kita mencoba bentuk tulisan lain.

Bagi penulis pemula, terutama yang sudah merasa 'nyaman' dengan jenis tulisan yang ia geluti (fiksi atau non-fiksi) membuat suatu tulisan yang berbeda dengan yang biasa ia tulis bisa menimbulkan kesulitan sendiri. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa Anda coba untuk mengatasi kesulitan tersebut:
1. Sesuaikan referensi bacaan. Sebagaimana bahan bacaan seringkali (kalau tidak selalu) mempengaruhi cara atau kecenderungan kita dalam menulis, banyak membaca tulisan tertentu juga akan mampu mengubah apa yang kita tulis. Jadi jika ada orang yang ingin membuat sebuah tulisan fiksi yang baik, saya yakin dia tidak akan mampu melakukannya kalau ia hanya membaca buku-buku teori yang berjudul "Bagaimana Cara Menulis Fiksi yang Baik" sekalipun. Pelajaran paling baik adalah dengan terjun langsung ke kancah bacaan fiksi itu sendiri, bukan hanya menjadi pengamat dari luar. Hal yang sama juga terjadi pada kasus sebaliknya. Seorang yang ingin mampu menulis karya non- fiksi atau ingin merancang sebuah jurnal ilmiah akan sulit untuk menyampaikan idenya secara sistematis, analitis dan jelas jika ia malah membaca karya Shakespeare yang memakai bahasa yang penuh metafora.
2. Bagi yang ingin menulis tulisan non-fiksi. Tulisan jenis ini menuntut kata-kata yang dapat dengan efektif menjelaskan makna. Karenanya, latihlah diri Anda untuk menulis kalimat-kalimat bermakna tunggal, tidak bersayap, atau dengan prinsip satu paragraf satu ide. Karenanya kata-kata yang digunakan hendaknya juga lugas, jelas, dan sebisanya menghilangkan metafora atau simbol-simbol yang sering terdapat di bacaan sastra. Sebaliknya, bagi yang ingin menulis fiksi. Memperluas pengetahuan kosakata, kiasan, dan melatih penempatannya dalam kalimat adalah sangat penting untuk narasi maupun dialog dalam fiksi.
3. Tulisan fiksi menuntut daya imajinasi tinggi, sementara non-fiksi dibatasi oleh fakta dan aturan-aturan atau hukum tertentu. Jadi bagi yang ingin menulis fiksi, latihlah kreativitas daya imajinasi dan juga kemampuan mendramatisasi suatu adegan. Bagi yang ingin menulis non- fiksi, berlatihlah menulis dengan selalu memperhatikan unsur-unsur seperti 5W1H, cara mengutip dan menempatkan referensi, logika berpikir tulisan dsb.
4. Berlatih dan berlatih. Seperti halnya setiap masa belajar dan penyesuaian, proses ini juga membutuhkan banyak latihan. Tak jarang ketika mencoba menulis non-fiksi, seorang yang terbiasa menulis fiksi akan dikritik bahwa tulisannya berbelit-belit, tidak fokus dan membingungkan pembaca. Seorang yang terbiasa menulis non-fiksi pada awalnya mungkin juga akan dikritik cerpen buatannya terlalu kering, bahasanya kaku dan kurang ekspresif. Ini adalah wajar, jadi jangan putus asa.
5. Pada akhirnya, niat dan ketekunan adalah kuncinya. Tanpa niat untuk melengkapi referensi data-data yang dapat mendukung sebuah ide, sebuah tulisan yang dimaksudkan sebagai jurnal ilmiah hanya akan berakhir menjadi sebuah tulisan komentar sambil lalu yang mudah disanggah. Sementara tanpa ketekunan untuk melatih teknik narasi dan dramatisasi, sebuah tulisan yang dimaksud sebagai cerpen sastra hanya akan menjadi sebuah cerita bohong.

by Salwanto

Read more

Ide dan Referensi

0 komentar

Memungut Ide
Dalam setiap tulisan, ide menjadi sesuatu yang sangat vital. Tanpanya, sebuah tulisan mungkin hanya akan menjadi kumpulan kalimat yang tidak jelas arahnya. Dengan demikian, ide juga dapat menjadi pemandu tulisan.

Sebagai penulis pemula, sering kali kita terjebak untuk memikirkan ide yang hebat-hebat. Kita cenderung berpikir untuk menarik perhatian pembaca melalui tulisan yang hendak kita kerjakan tersebut. Kita lupa bahwa semua yang ada di sekitar kita dapat menjadi ide. Karena ingin menulis sesuatu yang luar biasa, akhirnya kita cenderung mengabaikan hal-hal kecil, hal-hal biasa yang sebenarnya bisa memberi nilai tersendiri bagi tulisan kita.
Sebenarnya, kita tidak perlu bersusah-susah mencari ide. Ide ada di sekitar kita. Ide siap untuk diambil. Ide ada dan siap diolah serta dikembangkan. Biasanya, saya akan mendapatkan ide untuk menulis ketika berbincang-bincang dengan sahabat saya. Tidak peduli apakah topiknya berat atau ringan, bila merasa menarik dan baik untuk dikembangkan, biasanya akan saya lanjutkan. Dengan kata lain, tak jarang dari obrolan "ngalor-ngidul" saya bisa mendapatkan ide.
Referensi sebagai Pendukung Ide
Kalau ide ada di mana saja dan siap diambil, berarti yang perlu kita lakukan adalah mengolahnya. Lalu bagaimana mengolahnya? Sebagaimana mengolah masakan, kita memerlukan sejumlah bahan agar tulisan kita bernilai. Artinya, untuk menghasilkan sebuah tulisan, tidak cukup hanya dengan ide.
Ide yang ada perlu dikembangkan. Untuk itu, kita memerlukan referensi yang dapat memperkaya tulisan kita. Kita memerlukan buku, majalah, surat kabar, jurnal, dan sumber-sumber lain yang akan memperkaya pengembangan ide tersebut. Semua bahan yang dianggap mendukung ide pokok kita perlu kita baca.
Karya-karya tulis seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi merupakan tulisan yang memerlukan referensi. Keakuratan data dan sumber acuan sangat dibutuhkan untuk mendukung apa yang hendak dikemukakan. Pandangan-pandangan para ahli terkait dengan apa yang kita tulis juga mutlak diperlukan. Tanpa referensi, karya ilmiah tersebut akan dituduh sebagai karya fiksi belaka. Selain karya tulis tersebut, opini juga menjadi jenis tulisan yang memerlukan referensi.
Apakah hanya karya-karya tulis seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan opini saja yang memerlukan referensi? Bagaimana dengan fiksi? Perlukan mencari referensi?
Kebutuhan akan referensi sebagai pengembang ide tampaknya menjadi kebutuhan yang mutlak bagi semua jenis tulisan. Referensi justru akan memperkaya sebuah tulisan, sehingga dapat menghasilkan tulisan yang terkesan nyata.
Sumber Referensi
Memang benar bahwa menulis dan membaca merupakan dua hal yang berjalan beriring. Namun ternyata, referensi tidak hanya bersumber dari bahan- bahan cetak belaka. Apalagi sekarang kita sudah berada di zaman yang sedemikian maju sehingga kita dapat menikmati bahan-bahan berbentuk audio-video. Bahan-bahan audio-video itu dapat kita nikmati setiap hari dari rumah kita, baik melalui radio, televisi, maupun internet.
Erskine Caldwell dalam bukunya, "Perjalanan Sang Penulis" menyebutkan bahwa dalam setahun ia hanya membaca sekitar enam buku saja. Malahan ia lebih memilih untuk menulis ketimbang membaca. Meskipun demikian, ia dapat menghasilkan begitu banyak tulisan.
Kalau Caldwell lebih senang menulis daripada membaca, dari manakah ia mendapatkan referensi untuk tulisannya? Dari buku yang sama, kita dapat membaca bagaimana ia cenderung melakukan perjalanan ke daerah- daerah tertentu dan memutuskan untuk menetap sementara waktu sambil berusaha untuk menghasilkan tulisan yang dapat memuaskan hatinya. Perjalanan dan lingkungan yang ada di sekitarnya itulah yang ia gunakan sebagai referensi tulisannya. Hal ini terlihat dari karya- karyanya yang banyak berlatarkan daerah Selatan Amerika Serikat.
Dengan demikian, tampaknya sebagaimana ide, kita juga dapat mendapatkan referensi di berbagai sumber yang ada di sekitar kita. Selain dari media cetak dan elektronik, ternyata kita bisa mendapatkan referensi dari lingkungan sekitar kita, tentunya termasuk lingkungan masa lalu kita.
Permasalahan selanjutnya ialah mengolah semua itu menjadi suatu kesatuan yang utuh. Untuk itu, kita perlu bekerja lebih keras lagi. Dan salah satunya ialah dengan membiasakan diri menulis secara teratur.
Jadi? Tunggu apa lagi? Bukankah ide dan referensi bertaburan di sekitar kita?

by Salwanto

Read more

Langkah-langkah Meresensi Buku

0 komentar

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku.

1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:
• Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.
• Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.
• Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.
• Penggolongan / bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:
• Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.
• Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.
• Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.
• Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).
Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.
6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

by Salwanto

Read more

Menulis Esai Singkat

0 komentar

Praktik menulis berikut ini bertujuan menanamkan secara lebih mendalam cita rasa tata susunan (a sense of structure) dalam menulis karangan. Cita rasa ini membangun kepercayaan diri dalam menghadapi tugas atau pekerjaan menulis karangan apa pun. Dengan cita rasa ini, kita percaya akan dapat memberikan tatanan kepada gagasan-gagasan kita. Pada umumnya, orang suka dan ingin dapat mengarang untuk mengungkapkan dan menyampaikan gagasannya kepada orang lain supaya dipahami.

Kalau mengarang sering dirasakan sebagai momok, mungkin dikarenakan belum tertanam dalam diri kita sense of structure itu. Kita berlatih membangun cita rasa ini dengan mengandaikan kita telah mengadakan penelitian, telah mengumpulkan data dengan metode pengamatan, wawancara, partisipasi, studi pustaka atau metode yang lain, telah melihat bermacam-macam hubungan antara data itu (hubungan sebab akibat, hubungan syarat, hubungan cara, hubungan tujuan, hubungan keanggotaan, hubungan jenis, hubungan contoh, hubungan detail, dan hubungan unsur), dan telah mengonsepsikan kerja atau kegiatan mengarang menurut dasar-dasar mengarang. Ada delapan langkah dalam praktik menulis esai singkat, yaitu sebagai berikut.
Pertama, tuliskanlah (rumuskanlah) sebuah pernyataan gagasan pokok, berupa satu kalimat lengkap. Gagasan pokok merupakan pandangan atau pendirian Anda tentang topik yang Anda pilih. Bila Anda mengarang sebuah esai, pembicaraan Anda hendaknya terarah kepada gagasan pokok itu. Tujuan mengarang ialah membeberkan gagasan pokok Anda tentang suatu hal.
Kedua, untuk mengarang esai yang Anda rencanakan itu, pikirkan dan rumuskanlah pikiran-pikiran utama yang mendukung dan membeberkan gagasan pokok Anda itu.
Ketiga, untuk mengembangkan dan menjelaskan tiap pikiran utama itu, temukanlah dan tuliskanlah evidensi-evidensi atau fakta-fakta penguatnya.
Keempat, sekarang cobalah membangun sebuah paragraf dengan pikiran utama dan pikiran-pikiran pengembangnya. Sebelumnya, hendaknya ditentukan modelnya: model P-D-K (Pendirian-Dukungan-Kesimpulan), model P-S-P (Pendapat-Sanggahan-Pendirian), atau model Inversi (model yang menempatkan gagasan pokok karangan di bagian akhir). Selain itu, hendaknya diterapkan dan diurutkan unsur-unsur atau komponen-komponen yang telah ditentukan takarannya. Unsur-unsur pembangun paragraf adalah pembuka, pikiran utama, pikiran pendukung, pikiran penjelas, peralihan, dan kesimpulan. (Pikiran pengembang di sini dibedakan menjadi pikiran pendukung dan pikiran penjelas.) Sementara yang dimaksud dengan "takaran" ialah berapa jumlah pikiran pendukung dalam paragraf.
Kelima, bila tiap-tiap pikiran utama Anda sudah lengkap dengan pikiran-pikiran pengembangnya, bangunlah paragraf-paragraf berikutnya dengan berpola P-D-K atau pola yang lain. Namun, ingatlah selalu gagasan pokok yang hendak Anda tuju lewat esai ini.
Keenam, setelah paragraf-paragraf tubuh esai itu selesai dibangun, susunlah paragraf kesimpulannya.
Ketujuh, setelah Anda membangun paragraf-paragraf tubuh esai dan menyusun paragraf kesimpulannya, sekarang pikirkanlah sebuah paragraf pengantar untuk memperkenalkan topik atau masalah dan untuk menarik minat pembaca. Mungkin cerita kecil atau lukisan singkat atau kutipan akan berguna untuk tujuan itu. Dalam paragraf pengantar esai dengan model P-D-K atau P-S-P, dinyatakan juga gagasan pokok esai. Dalam paragraf pengantar esai dengan model Inversi, paragraf pengantar hanya membeberkan (menceritakan atau melukiskan) sedikit pembukanya saja.
Kedelapan, setelah memiliki paragraf-paragraf tubuh esai, paragraf kesimpulan, dan paragraf pengantar, sekarang revisilah draf-draf itu dengan menambah atau mengurangi isinya, dengan cara mengubah atau membetulkan pemakaian/pemilihan kata, frase, dan kalimat. Kemudian, tulislah kembali esai Anda, dengan urutan paragraf pengantar, paragraf-paragraf tubuh esai, dan paragraf kesimpulan.

by Salwanto

Read more

Menyunting dan Menulis Ulang

0 komentar

Penulis yang baik harus selalu dan selalu menyunting tulisannya serta memperhatikan alur dan ritme tulisan mereka. Dan mereka juga harus mengetahui apa makna dari tiap kata yang mereka pakai.
Anda menyunting tulisan dengan tujuan untuk menyingkat, mempertajam, menyederhanakan dan menjelaskan, untuk meningkatkan urutan dan logika pikiran, dan untuk menguji semuanya dari sudut pandang seorang pembaca. Saat Anda mengedit, tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut:

a. Sudahkah saya memakai kata kerja dalam kalimat aktif?
b. Sudahkah saya menempatkan subyek saya di dekat kata kerja?
c. Sudahkah saya memilih kata-kata yang benar-benar menerjemahkan maksud saya dengan tepat?
d. Sudahkah saya menghindari kalimat yang panjang dan sulit dipahami?
e. Sudahkah saya menghapus kata-kata yang tak perlu, terutama kalimat bercabang?
f. Sudahkah saya menghindari perpindahan nada kalimat yang menyentak -- dari gaya percakapan ke khotbah, dari santai ke formal?

Satu trik untuk penyuntingan adalah dengan memikirkan kembali apa yang telah Anda tulis sehingga keesokan harinya Anda dapat 'merevisinya' dengan pikiran yang segar. Apa yang Anda banggakan hari ini mungkin akan memalukan Anda keesokan harinya. Samuel Johnson memahami trik tersebut. "Baca kembali tulisanmu," katanya, "dan ketika mendapati satu bagian yang menurutmu bagus, kembangkan bagian itu!"
Penulis Kurt Vonnegut juga mengatakan hal serupa: Miliki keberanian untuk menghapus. "Kefasihan bicara Anda harus dapat menjadi pelayan pikiran di kepala Anda," katanya. "Anda dapat memiliki patokan: Jika sebuah kalimat, tak peduli seberapa bagusnya, ternyata tak dapat menerangkan subyek Anda dengan cara yang baru dan bermanfaat, hapus saja!"
Saat Anda merasa bahwa Anda telah selesai melakukan proses penyuntingan, periksa kembali file tulisan itu ke mesin pengecek tata bahasa sekali lagi, meski Anda mungkin sudah pernah melakukannya. Jangan langsung mengabaikan semua anjuran yang muncul. Tetap perhatikan peringatan seperti "kalimat pasif" atau "kalimat panjang" sebagai kesempatan untuk melakukan penyuntingan secara kasar. Apakah ada alternatif cara lain untuk menuliskan topik Anda? Saat menyunting tulisan, ujilah semuanya dari sudut pandang pembaca, pastikan tak ada yang terlewat, periksa keakuratannya dan cobalah untuk mempersingkat, mempertajam, mengembangkan dan menyederhanakan tulisan tersebut.
Tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apakah susunannya sudah teratur? Apakah pembaca dapat mengetahui mana awal, pertengahan dan akhir tulisan saya? Apakah saya telah memberikan pembaca sebuah alur yang jelas dan mudah dimengerti? Apakah semua sudah terdengar logis?
b. Apakah sudah jelas? Apakah tulisan saya sudah tidak lagi terlalu abstrak atau lebih membumi?
c. Bagaimana nada kalimat saya? Dalam membuat percakapan, apakah saya terlalu 'cerewet' atau terlalu 'basa-basi'? terlalu resmi? kasar? terlalu lembut?
d. Apakah usaha saya untuk menyisipkan humor berhasil? Jika memang mendukung, permainan kata atau sebuah kisah lucu mungkin akan bisa cocok dan bagus dipakai. Namun jika Anda sendiri masih ragu, lupakan sa8ja! Humor yang gagal akan menghasilkan kegagalan.
Selera humor akan membantu -- baik untuk tulisan Anda atau opini mengenai diri Anda. Nat Schmulowitz adalah seorang yang sederhana, yang juga seorang pengacara, sejarawan, dan penulis. Dia mengatakan bahwa humor bisa lebih menarik daripada sejarah, dan untuk menjelaskan lebih lanjut pernyataannya tersebut, ia menulis:
"Orang sombong, orang picik atau orang yang sedang marah tidak dapat menertawakan dirinya sendiri, atau ditertawai. Namun seseorang yang dapat menertawakan dirinya sendiri, atau ditertawai, telah selangkah lebih maju ke kewarasan yang sempurna yang membawa kedamaian di bumi dan perbuatan yang baik kepada sesama."
Demikianlah. Kerja keras Anda telah selesai. Namun masih ada satu langkah lagi. Perlihatkan tulisan Anda pada beberapa orang yang Anda hormati dan lihat seperti apa Anda kelihatannya. Selanjutnya tulis kembali.

by Salwanto

Read more

Tips Menulis Cerpen

0 komentar
Struktur
Para penulis pemula seringkali disarankan untuk menggunakan pengandaian berikut ini ketika mulai menyusun cerpen mereka:
1. Taruh seseorang di atas pohon.
2. Lempari dia dengan batu.
3. Buat dia turun.
Kelihatannya aneh, tapi coba Anda pikirkan baik-baik, karena saran ini bisa diterapkan oleh penulis mana saja. Nah, ikuti langkah- langkah perencanaan seperti yang disarankan di bawah kalau Anda ingin menulis cerpen-cerpen yang hebat.

Perencanaan Cerpen
Taruh seseorang di atas pohon: munculkan sebuah keadaan yang harus dihadapi tokoh utama cerita.
Lempari dia dengan batu: Dari keadaan sebelumnya, kembangkan suatu masalah yang harus diselesaikan si tokoh utama tadi. Contoh: Kesalahpahaman, kesalahan identitas, kesempatan yang hilang, dan sebagainya.
Buat dia turun: Tunjukkan bagaimana tokoh Anda akhirnya mengatasi masalah itu. Pada beberapa cerita, hal terakhir ini seringkali juga sekaligus digunakan sebagai tempat memunculkan pesan yang ingin disampaikan penulis. Contoh: Kekuatan cinta, kebaikan mengalahkan kejahatan, kejujuran adalah kebijakan terbaik, persatuan membawa kekuatan, dsb.
Ketika Anda selesai menulis, selalu (dan selalu) periksa kembali pekerjaan Anda dan perhatikan ejaan, tanda baca dan tata bahasa. Jangan menyia-nyiakan kerja keras Anda dengan menampilkan kesan tidak profesional pada pembaca Anda.
Praktekkan perencanaan sederhana ini pada tulisan Anda selanjutnya.

Tema
Setiap tulisan harus memiliki pesan atau arti yang tersirat di dalamnya. Sebuah tema adalah seperti sebuah tali yang menghubungkan awal dan akhir cerita dimana Anda menggantungkan alur, karakter, setting cerita dan lainnya. Ketika Anda menulis, yakinlah bahwa setiap kata berhubungan dengan tema ini.
Ketika menulis cerpen, bisa jadi kita akan terlalu menaruh perhatian pada satu bagian saja seperti menciptakan penokohan, penggambaran hal-hal yang ada, dialog atau apapun juga, untuk itu, kita harus ingat bahwa kata-kata yang berlebihan dapat mengaburkan inti cerita itu sendiri.
Cerita yang bagus adalah cerita yang mengikuti sebuah garis batas. Tentukan apa inti cerita Anda dan walaupun tema itu sangat menggoda untuk diperlebar, Anda tetap harus berfokus pada inti yang telah Anda buat jika tidak ingin tulisan Anda berakhir seperti pembukaan sebuah novel atau sebuah kumpulan ide-ide yang campur aduk tanpa satu kejelasan.

Tempo Waktu
Cerita dalam sebuah cerpen yang efektif biasanya menampilkan sebuah tempo waktu yang pendek. Hal ini bisa berupa satu kejadian dalam kehidupan karakter utama Anda atau berupa cerita tentang kejadian yang berlangsung dalam sehari atau bahkan satu jam. Dan dengan waktu yang singkat itu, usahakan agar kejadian yang Anda ceritakan dapat memunculkan tema Anda.

Setting
Karena Anda hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan Anda, maka Anda harus dapat memilih setting cerita dengan hati-hati. Disini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti Anda harus selalu memilih setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa yang sering dijumpa pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi.

Penokohan
Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja, karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak.

Dialog
Jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter Anda, sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita Anda. Jangan hanya menjadikan dialog hanya sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh Anda. Tiap kata yang ditaruh dalam mulut tokoh-tokoh Anda juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya.

Alur
Buat paragraf pembuka yang menarik yang cukup membuat pembaca penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Pastikan bahwa alur Anda lengkap, artinya harus ada pembukaan, pertengahan cerita dan penutup. Akan tetapi, Anda juga tidak perlu terlalu berlama-lama dalam membangun cerita, sehingga klimaks atau penyelesaian cerita hanya muncul dalam satu kalimat, dan membuat pembaca merasa terganggu dan bingung dalam artian negatif, bukannya terpesona. Jangan pula membuat "twist ending" (penutup yang tak terduga) yang dapat terbaca terlalu dini, usahakan supaya pembaca tetap menebak-nebak sampai saat-saat terakhir. Jika Anda membuat cerita yang bergerak cepat, misalnya cerita tentang kriminalitas, jagalah supaya paragraf dan kalimat-kalimat Anda tetap singkat. Ini adalah trik untuk mengatur kecepatan dan memperkental nuansa yang ingin Anda sajikan pada pembaca.

Baca ulang
Pembaca dapat dengan mudah terpengaruh oleh format yang tidak rapi, penggunanaan tanda baca dan tata bahasa yang salah. Jangan biarkan semua itu mengganggu cerita Anda, selalu periksa dan periksa kembali.

by Salwanto

Read more

Trik HP Nokia

0 komentar

*3370# Untuk mengaktifkan Full Rate Codec (EFR) - HP Nokia kamu akan memiliki kualitas suara yang maksimal tapi, waktu bicara akan berkurang sekitar 5%
#3370# Untuk mematikan Full Rate Codec (EFR)
*#4720# Mengaktifkan Half Rate Codec - Ponsel nokia kamu akan memiliki kualitas suara terendah, tetapi akan meningkatkan waktu bicara (Talk time) sekitar 30%
*#4720# Mematikan fungsi Half Rate Codec
*#0000# Menampilkan informasi firmware ponsel
*#9999# Menampilkan informasi firmware ponsel jika *#0000# ngga jalan
*#06# Untuk mengetahui International Mobile Equipment Identity (IMEI Number) kita
#pw+1234567890+1# Mengunci status provider. (gunakan tanda “*” untuk memisahkan antara “p,w” dan tanda “+” )
#pw+1234567890+2# Mengunci status Network. (gunakan tanda “*” untuk memisahkan antara “p,w” dan tanda “+” )
#pw+1234567890+3# Mengunci Status Country. (gunakan tanda “*” untuk memisahkan antara “p,w” dan tanda “+” )
#pw+1234567890+4# Mengunci status SIM Card. (gunakan tanda “*” untuk memisahkan antara “p,w” dan tanda “+” )
*#147# mengetahui siapa yang nelpon kamu terakhir kali (hanya untuk vodofone)
*#1471# panggilan terakhir (hanya nntuk vodofone)
*#21# Mengetahui kemana semua panggilan dialihkan
*#2640# Menampilkan security code yang sedang digunakan
*#30# untuk menampilkan private number (Biasanya IM3 neh)
*#43# untuk memeriksa status “Call Waiting” di ponsel kamu.
*#61# untuk memeriksa nomor panggilan yang “On No Reply”
*#62# untuk memeriksa nomor panggilan yang “Divert If Unreachable (no service)” dan mengetahui kemana dialihkannya
*#67# untuk memeriksa nomor panggilan yang “On Busy Calls” dan mengetahui kemana dialihkannya
*#67705646# untuk menghilangkan logo operator pada 3310 & 3330
*#73# Untuk menghapus timer ponsel dan score pada games ponsel
*#746025625# Menampilkan SIM Lock Status, kalo ponsel kamu mendukung fungsi power saving “SIM Clock Stop Allowed”, itu berarti kamu bisa mendapatkan waktu terbaik untuk standby (Berapa lama kamu standby)
*#7760# kode produk
*#7780# mengembalikan settingan pabrik
*#8110# melihat versi untuk nokia 8110
*#92702689# menampilkan - 1.serial Number, 2.Date Made, 3.Purchase Date, 4.Date of last repair (0000 untuk no repair), 5.Transfer User Data. Untuk keluar dari mode ini, kamu perlu me-restart HP kamu
*#94870345123456789# mematikan fungsi PWM-Mem
**21*nomorhp# menghidupkan “All Calls” dan mengalikan ke nomer yang tertulis
**61*nomorhp# menghidupkan “No Reply” dan mengalikan ke nomer yang tertulis
**67*nomorhp# menghidupkan “On Busy” dan mengalikan ke nomer yang tertulis
12345 ini security code bawaan nokia (Standard)

Perhatikan baik2 sblm mencoba.. jika anda tidak mengerti maksudnya jangan dicoba2 skaligus. karna, sayo tidak bertanggung jawab kalo data2 kamu hilang karena terlalu banyak mengotak atik

sumber: www.bebasparkir.com

Read more

Buku Tamu

:Wikimu - bisa-bisanya kita.../ Gelang merah untuk anak Indonesia

Bening CS© 2011 Design by Insight