Hanya tujuh? Tentu tidak. Tapi sebagai langkah awal untuk menjadi penulis yang berhasil, tujuh hal inilah yang wajib dihindari seorang penulis. Untuk selanjutnya, biarlah pengalaman yang mengajari Anda.
1. Menulis buku tanpa melengkapi bagian-bagian buku, seperti prakata, daftar pustaka, indeks, glosarium
Kata pengantar/prakata penting untuk membantu pembaca meraba apa yang bisa ia dapatkan dari buku Anda. Daftar pustaka, indeks dan glosarium juga sangat membantu pembaca agar bisa lebih cepat menuju apa yang ia cari. Tak jarang sebelum memutuskan untuk membeli, seorang pembaca akan memeriksa daftar pustaka, indeks maupun glosarium sebelum memutuskan apakah buku tersebut sesuai dengan yang ia inginkan. Daftar nama, istilah, peristiwa, tanggal penting dalam sebuah indeks atau daftar definisi dalam sebuah glosarium sangat disukai, terutama oleh mereka yang sedang mencari bahan referensi.
2. Mengirim naskah tanpa pengantar atau proposal.
Pengantar atau proposal bukanlah untuk berbasa-basi. Pengantar atau proposal yang Anda sertakan ketika mengirim naskah ke penerbit/media akan membantu editor mendapat gambaran apa yang Anda tawarkan. Pengantar yang baik dan menarik juga akan membawa kesan pertama yang baik untuk editor.
3. Mengutip tanpa mencantumkan sumber kutipan.
Ingat, ini adalah jaman dimana hak cipta menjadi satu tema pokok dan lumayan sensitif. Anda boleh saja tidak setuju dengan masalah hak cipta (dan masalah ini memang masih jadi bahan perdebatan). Namun terlepas dari masalah hukum tadi, penulis yang baik adalah yang menghormati sejawatnya. Jika Anda lupa darimana Anda mendapatkan kutipan tersebut, lebih baik urungkan niat Anda mencantumkan kutipan itu. Jika ternyata hanya mampu mengingat sebagian informasi (nama atau judul buku) dari sumber kutipan yang sangat penting, dengan terpaksa pakailah kalimat tak langsung atau akui saja dalam tulisan bahwa Anda memang lupa. Penulis yang baik bukanlah yang menulis dengan tujuan untuk mencari nama, popularitas, pujian maupun kekayaan belaka; memberi sumbangan pikiran dan membagi wawasan yang dimiliki kepada khalayak adalah tujuan yang jauh lebih mulia. Sebab itu tak ada salahnya terlihat 'bodoh' namun jujur daripada terlihat 'pintar' tapi ternyata hanya klaim palsu. Demikian juga tak ada ruginya 'mempromosikan' tulisan orang lain dalam tulisan Anda. Bahkan referensi/sumber kutipan yang lengkap malah membuktikan bahwa Anda menulis dengan landasan yang kuat.
4. Menulis tanpa berempati terhadap pembaca.
Jika dalam dunia dagang dikenal 'pembeli adalah raja', hal yang sama juga terjadi pada dunia penulisan. Pembaca bahkan adalah dewa, karena hidup mati seorang penulis mutlak bergantung pada pembaca. Lebih dari sebuah hubungan jual beli, dalam dunia penulisan pembaca juga bisa menghasilkan produk yang sama (yaitu tulisan) dalam bentuk resensi, komentar atau kritik terhadap sebuah tulisan. Karena itu, jangan sekali-kali mengabaikan pembaca, mereka bisa sewaktu-waktu berubah menjadi sama atau bertukar posisi dengan Anda.
5. Menulis tanpa referensi yang memadai.
Tak hanya buku non-fiksi, buku fiksi pun memerlukan referensi. Kecuali Anda seorang yang memiliki imajinasi begitu luar biasa sehingga mampu menciptakan sebuah setting, karakter, dan sebuah realitas yang benar- benar murni dan belum pernah terpikirkan sebelumnya, barulah Anda boleh menulis tanpa banyak referensi selain dari imajinasi Anda sendiri. Semakin lengkap referensi yang dimiliki, tulisan akan semakin meyakinkan dan berkualitas. Ide yang sangat bagus namun referensinya kurang (kurang lengkap atau malah kurang tepat) akan berpotensi untuk cepat disanggah dan kemudian segera dilupakan.
6. Asal menulis
Jangan asal menulis. Meski saat ada ide Anda memang harus segera menuliskannya, namun lebih baik pakailah tulisan awal itu sebagai brainstorming dahulu. Setelah itu, tentukan teknik menulis terbaik yang akan Anda pakai. Tak jarang teknik atau cara menulis/bercerita lebih utama daripada isi cerita itu sendiri. Rencanakan segala sesuatunya dengan matang. Inilah perlunya outline/kerangka karangan. Tak ketinggalan, terutama dalam menulis fiksi, karakter juga memiliki peran penting. Ada pembaca yang tertarik mengikuti sebuah cerita karena penasaran atau jatuh cinta dengan karakternya. Rencanakan, dan setelah itu jangan lupa juga untuk segera menuangkannya dalam tulisan.
7. Menolak naskahnya disunting editor
Apakah Anda menganggap editor hanyalah seorang yang suka mengacak- acak tulisan orang lain dan menggantinya sekehendak hatinya? Ya, editor (dan kritikus) kadang memang menjengkelkan, bertindak seakan dirinya tuhan. Tapi hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan menjalin hubungan yang baik serta sering berkomunikasi untuk mencapai titik temu terbaik. Namun jangan sampai Anda menganggap peran editor tidak diperlukan. Tanpa editor, tulisan Anda bisa terjebak dalam subyektifitas. Pada akhirnya, kerendahan hati adalah karakter kunci untuk berkembang.
by Salwanto
0 komentar:
Posting Komentar