Blog

Tentang Membaca dan Menulis, Sesat dan Benar

Sesat dan benar hanyalah tergantung pikiran.

Sebuah nasehat dari sang Guru yang belum terlupakan saat aku bertemu dengannya di suatu waktu. Di bawah rintik-rintik hujan ketika aku singgah ke rumahnya yang begitu sederhana. Saat itu ia sedang membaca sebuah buku . Nasehatnya yaitu tentang makna membaca dan menulis ketika aku bertanya tentang masalah ini padanya. Sedikit memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam, maka mengalirlah kata-kata bijak dari bibirnya.

TENTANG MEMBACA : Sebuah buku dengan tulisan yang sesat tak akan menyesatkanmu bila dibaca dengan pikiran[hati] yang benar dan jelas. Sebuah buku dengan tulisan yang benar bisa saja menyesatkanmu bila dibaca dengan pikiran [hati]yang salah dan sesat! Sesat dan benar adalah tergantung pikiran dan hati yang engkau miliki . Oleh sebab itu pikirkanlah dan berhati-hatilah saat membaca tulisan apapun itu. Bacalah dengan cermat dan teliti , selalu gunakan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Saat membaca sebuah tulisan yang jelas-jelas salah janganlah menjadi buta pikiran dan terbakar hati kemudian marah- marah karena engkaupun akhirnya akan ikut menjadi salah. Begitu pula saat membaca tulisan yang menurutmu sungguh sudah benar adanya, janganlah hanya cuma bisa ikut membenarkan , tapi renungkanlah dan camkan kebenaran itu agar bisa menjadi pedoman hidupmu selanjutnya. Kalau tidak , kebenaran itu tetap saja tidak akan bisa membenarkan dirimu.

Membacalah dengan pikiran yang terbuka dan hati yang lepas, sehingga baik dalam tulisan sesat maupun yang benar, engkau tetap akan mendapatkan pengajaran sama baiknya. Sambil melihat reaksiku yang begitu khusuk dan serius mendengarkan kata-katanya sang Guru mengangguk dan tersenyum penuh makna. Kemudian melanjutkan dengan suara yang sangat berwibawa.

TENTANG MENULIS : Saat menulis hati dan pikiranmu haruslah menyatu . Tak boleh ada pertentangan yang akan menghasilkan sebuah tulisan yang membingungkan. Galihlah semua bahan dari seluruh isi hatimu sehingga sungguh mengandung kebenaran dan mencerahkan bagi yang membacanya. Bukannya menulis keluh kesah dan semau-semaunya yang penting bisa menulis. Letakkanlah segala kepentingan dan egomu. Kalau tidak tulisan itu hanya akan bertujuan untuk mencari sensasi dan penghargaan atau pujian. Yang kau dapatkan kemudian adalah caci maki dan juga ketinggian hati.

Bila engkau sudah menulis sepenuh hati namun masih saja ada juga yang salah memahami , janganlah kecewa apalagi marah. Ketika orang-orang menyalahkan tulisanmu, janganlah balik menyalahkan mereka. Anggap saja memang itu sebagai kesalahanmu. Maka akan tercipta suatu kebenaran. Karena apabila engkau melakukan hal yang benar lalu mengakui sebagai sebuah kesalahan, apakah itu akan membuatmu menjadi bersalah? Tentunya tidak , sahabatku, Rajawen. Sama halnya ketika engkau seumpama adalah raja, lalu membaur dengan rakyat dan mengaku sebagai rakyat biasa, bukankah itu sama sekali tidak menghilangkan status raja padamu?

Yang penting juga adalah menulis sebagai meditasi untuk menyucikan pikiran dan hati . Menulislah sebagai sarana untuk mengajari diri sendiri. Menulislah sebagai sarana untuk berbagi bukan untuk mengajari. Menulislah dengan hati-hati dan teliti. Menulislah, biarkan semuanya mengalir dari hati dan seluruh jiwamu. Sahabatku, demikianlah yang dapat aku sampaikan tentang pencerahan membaca dan menulis padamu. Semoga engkau bisa memahami dan menjadi lebih mengerti lagi.

oleh: Katedrarajawen mentari

0 komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

:Wikimu - bisa-bisanya kita.../ Gelang merah untuk anak Indonesia

Bening CS© 2011 Design by Insight